Kerentanan dan preferensi petani kecil pada praktik pertanian di Kabupaten Buol, Indonesia
Abstract
Mayoritas penduduk Kabupaten Buol di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia bergantung pada pertanian untuk penghidupan mereka. Sama seperti di kabupaten lain yang relatif tertinggal di Indonesia, petani kecil di Buol rentan terhadap guncangan dan perubahan, baik yang terkait dengan perubahan iklim ataupun perubahan sosial-ekonomi-politik. Berbagai program telah dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun non-pemerintah untuk memperbaiki tingkat ketahanan/resiliensi petani kecil terhadap guncangan dan perubahan tersebut. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis persepsi kerentanan petani perempuan dan laki-laki di Buol. Analisis kerentanan yang diidentifikasi meliputi “fluktuasi produktivitas” komoditas serta “guncangan, paparan, respon dan dampak” (shocks, exposure, response and impacts atau SERI) yang petani kecil alami yang disebabkan oleh kejadian ekstrim. Selain itu untuk melihat potensi peningkatan ketahanan/resiliensi petani kecil melalui kegiatan pertanian, penelitian ini membahas mengenai kriteria yang petani pertimbangkan dalam memilih pohon dan tanaman, serta preferensi jenis pohon dan tanaman berdasarkan kriteria tersebut. Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi kawasan Proyek Climate-smart, Tree-based, Co-investment in Adaptation and Mitigation in Asia (Proyek Smart Tree-Invest) di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, Indonesia. Penilaian kerentanan dilakukan dengan menggunakan pendekatan diskusi kelompok terarah (FGD) sedangkan preferensi seleksi pohon dan tanaman dianalisis menggunakan Analytical Hierarchical Methodology (AHP). Masyarakat di Kawasan DAS Atas menyatakan kelangkaan air adalah salah satu masalah utama akibat tidak adanya sistem irigasi teknis di daerah mereka, sehingga mereka sangat bergantung pada curah hujan. Di Kawasan DAS Tengah, masyarakat menganggap banjir sebagai masalah utama mereka, yang mulai terjadi setelah pembangunan bendungan yang mengubah arah aliran sungai. Para petani di zona pesisir menghadapi ancaman abrasi pantai akibat degradasi mangrove. Terkait fluktuasi produktivitas komoditas, produktivitas kelapa dianggap yang paling resilien terhadap kejadian ekstrim. Sementara kakao dianggap sebagai komoditas yang paling rentan, karena produktivitasnya cenderung berfluktuasi selama bertahun-tahun saat terjadi kejadian ekstrim. Petani laki-laki dan perempuan memilih tiga kriteria prioritas tertinggi dalam hal seleksi pohon dan tanaman yaitu: kesesuaian lahan; pendapatan rumah tangga; dan kemudahan perawatan. Kriteria tersebut dipilih oleh semua kelompok di semua kawasan. Lima komoditas utama yang diprioritaskan oleh petani di semua kawasan adalah kakao, kelapa, padi, cengkeh dan kopi. Pada setiap masalah pertanian yang teridentifikasi, masyarakat petani telah melakukan berbagai respon tindakan, serta mempertimbangkan solusi potensial terhadap masalah yang dihadapi. Mengenali berbagai masalah utama dan respon yang ideal berdasarkan perspektif petani sangat penting agar dapat memberikan solusi yang efektif dalam meningkatkan ketahanan/resiliensi petani di kawasan ini