Magazine or Press item

Membangun Strategi Konservasi dan Penghidupan Masyarakat yang Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi

Abstract

Kabupaten Jeneponto yang memiliki luas wilayah 74.979 km2 ini berada sekitar 99 km sebelah selatan Kota Makassar. Memiliki topografi bervariasi dari 0 – 1300 m dpl di atas permukaan laut (dpl). Lahan petanian semusim merupakan sistem penggunaan lahan dominan di kabupaten ini hingga menempati sekitar 60% dari total luas wilayah. Sistem penggunaan lahan berbasis pohon seperti hutan rakyat, hutan dan perkebunan ditemukan di desa-desa yang terletak pada dataran tinggi seperti di Kecamatan Bangkala Barat dan Rumbia dengan total luasan sekitar 5% (Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2014). Sedikitnya luas tutupan pohon menjadi salah satu penyebab permasalahan hidrologi di berbagai tempat, tidak terkecuali di Kabupaten Jeneponto. Studi yang dilakukan oleh Program IUWASH pada tahun 2015, menunjukkan tingginya aliran permukaan (runoff) air pada musim penghujan di Kabupaten Jeneponto. Kurangnya tutupan pohon dan jebakan air seperti embung merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya run-off air. Diskusi kelompok yang dilakukan di Klaster Rumbia yang mencakup empat desa di daerah hulu yang masih memiliki tutupan pohon yaitu Ujung Bulu, Jene’tallasa, Loka dan Kassi, yang merupakan areal kerja Program Agroforestry dan Forestry Sulawesi (AgFor-Sulawesi) sejak awal tahun 2015 menunjukkan adanya indikasi permasalahan kuantitas dan kuantitas air. Persaingan dalam mendapatkan air untuk mengairi sawah dan mencukupi kebutuhan rumah tangga, terutama pada musim kemarau dikemukakan oleh kelompok laki-laki, sedangkan kelompok perempuan secara langsung mengemukakan adanya kekurangan air pada saat musim kemarau